Kemajuan adalah hasil dari memusatkan keseluruhan kekutan jiwa dan pikiran untuk cita-cita yang ingin dituju (Orison seet Marden)
Sudah menjadi hukum alamiah manusia terlahir dengan kaidah berbeda. Kita tidak bisa melepas perbedaan bagaimana pun usahanya, kecuali hanya pada tataran tertentu saja. Karena perbedaan itulah dunia ini menjadi begitu semarak. Munculnya berbagai kelompok, paguyuban, lembaga, grup, organisasi, parpol, dan keluarga, bahkan individu adalah hasil dari perbedaan dan persamaan. Sesungguhnya hidup adalah perbedaan.
Secara ideal, sebuah organisasi yang terdiri dari sekumpulan komponen (organs) akan dipadu menjadi satu bentuk tubuh baru yang khas. Seperti perhimpunan atau komunitas, adalah khas organisasi pehobi tertentu yang saling bantu sesama anggota dalam melaksanakan amanat musyawarah atau kesepakatan. Umumnya, tidak ada ukuran yang jelas, kecuali sekedar kesepakatan semata. Namun, beberapa di antaranya sudah berbadan hukum.
Sebuah tubuh baru yang khas organisasi itu dalam pendekatan sosiologis adalah juga merupakan sebuah komunitas. Karena, terdiri dari elemen-elemen pembentuk bangunannya. Pada gilirannya, khas dimaksudkan adalah memiliki karakter dan ciri kuat sebagai pembeda dengan organisasi lain, karena elemen inti yang terkandung di dalamnya.
Sebuah komunitas yang baik akan menciptakan komunikasi dan interaksi yang serasi dan harmonis dalam rangka mengikuti alur kehidupan. Sebaliknya, dalam realitas para personal organisasi (orgnisatoris) akan dihadapkan pada praktek yang kerapkali bertaut dengan hambatan. Hal ini, akibat dari perbedaan kultur, latar belakang dan wawasan. Selanjutnya, muncullah perbedaan pendapat, sikap, dan keterampilan berorganisasi. Perbedaan ini akan pada gilirannya menggiring pada terjadinya konflik.
Untuk membentuk sebuah wujud bangun organisasi yang baik, kita yang satu komplotan, perlu merapatkan dan menyiapkan barisan sebaik-baiknya. Paling tidak, menyamakan persepsi setiap anggota komunitas kita. Agar gerakan langkah kaki, sikap, suara dan pandangan berangkat dari pemahaman yang sama. Pemahaman itu, nantinya, akan tetap memagari perbedaan-perbedaan interpretasi (penafsiran).
Dalam sebuah komunitas, juga perlu memberdayakan (empowering) semua potensi yang ada. Pemberdayan ini dalam bahasa organisasi disebut manajemen.
Membicarakan manajemen adalah perlu pemahaman umum tentang segala aspek kehidupan manusia dalam berorganisasi. Menyangkut garapan, orang, uang, material, dan sebagainya, Hakikat eksistensi organisasi, hampir semua ahli sependapat bahwa organisasi laksana sebuah telur. Lapisan-lapisan telur itu terdiri dari lapisan luar adalah administrasi. Lapisan kedua dari luar adalah managemen dan lapisan berikutnya kepemimpinan. Lalu intinya, TU dan human relation.
***
Manajemen secara bahasa berarti mengatur. Berasal dari kata managio (Itali). Dalam bahas Latin berasal dari kata “manegiare”, akar dari kata manus yang berarti tangan. Secara bahasa, manajemen berarti mengatur rumah tangga, memimpin atau mengawasi.
Para ahli memberi pengertian tentang manajemen berbeda-beda. Namun intinya tetap dapat ditarik benang merahnya. Dapat kita amati dari pengertian yang dirumuskan oleh mereka seperti berikut ini.
Harold Koontz, ahli manajemen, menyebutkan bahwa managemen adalah penyelesaian pekerjaan melalui kegiatan orang lain. The Liang Gie, tokoh manajemen modern, memberikan pengertian agak lengkap dari Koontz, bahwa manajemen adalah proses menyelenggarakan tindakan-tindakan dalam usaha kerjasama manusia, sehingga tujuan yang telah ditentukan benar-benar tercapai.
Sementara itu, George R. Terry memberikan juga pengertian manajemen sebagai penyelesaian tujuan yang ditetapkan dengan menggunakan potensi orang lain. Berdasarkan tiga pengertian itu, singkatnya, manajemen dapat diberi pengertian sebagai seni mengatur orang lain untuk mencapai sesuatu.
***
Manajemen seperti yang dirumuskan pada pengertian tadi paling tidak ada 3 (tiga) unsur, yaitu orang lain (di luar dirinya), tujuan, dan proses pengaturan. Sebetulnya, konsekuensi sebuah pengaturan ini berarti menuntut adanya unsur (komponen) yang akan diatur. Setelah komponen ada, perlu juga pemahaman tentang komponen pembentuk tadi secara komprehensif.
Komponen manajemen adalah semua bagian yang akan diatur atau diberdayakan oleh seorang manager. Ketidak-jelasan bagaimana batasan komponen ini berakibat pada semakin lenturnya bentuk dan jenis komponen manajemen.
Rumus yang mudah diingat adalah yang tertuang dalam kunci unsur manajemen yaitu Six M. in management, yaitu man, money, method, material, machein, and market. enam unsur ini sepintas lebih condong pada manajemen bisnis murni, namun sebetulnya bisa diterapkan pada segala bentuk institusi, termasuk dewan kerja.
Manajemen teknisnya adalah bagaimana mengatur agar enam unsur ini berjalan seiring, saling mengisi, dinamis, dan harmonis. Agar organisasi yang digelindingkan jalan terus tanpa merasa ada hambatan di perjalanannya.
Kenapa harus digelindingkan terus? Karena semua unsur itu adalah potensi yang saling melengkapi, menyokong dan mendukung. Tentu saja pemberdayaan dan penggerakannya sesuai dengan keadaan masing-masing. Sesuai dengan keterbatasan semua insan dan komponen manajemen. Muncullah kemudian, job diskription, pembagian tugas, dan pembentukkan bidang, divisi dan jabatan.
Pembagian job ini adalah upaya optimalisasi kerja seorang aktivis. dalam manajemen sudah populer pembagian jenis manager, yaitu umum dan manager khusus. Sedangkan tataran hierarki kerja dan jabatan terdapat pembagian low manager, midle manager dan top manager.
Manajemen yang baik adalah yang kuat rasa kebersamaan personil. Harus dieliminir perasaan paling berjasa dan menentukan, kendati kecenderungan kerja akan tetap konsekuen dengan tingkat jabatan dan hierarkis.
***
Manajemen sebagai sebuah proses akan memiliki banyak fungsi dalam roda perguliran sebuah institusi. Dapat kita rinci di antaranya sebagai berikut
* Planning
* Organizing
* Actuiting
* Controlling
* Staffing
* Directing
* Budgeting
* Motivating
* Predicting
Sebagai sebuah proses yang memiliki fungsi yang berragam, yang akan memunculkan fungsi baru atau juga menghilangkan fungsi tertentu, manajemen harus memegang teguh beberapa prinsip manajemen. Semakin kuat memagang teguh prinsip dan memakainya, maka akan semakin baik pula hasilnya.
Komunitas sebagai sebuah wadah organisasi apapun dan bagaimanapun dinamikanya: agresif, dinamis dan progresif, dalam menerapkan manajemen ada baiknya memilih manajemen terbuka. Karena didukung oleh sebuah kaidah kolegial antar sesama anggota komunitas tadi. Sedangkan prinsip lain di antaranya adalah sebagai berikut: prototype, efektif, produktif, profesional, dan selalu berhaluan ingin maju atau berubah. Wallahu’alam.
Bahan Bacaan:
Uris, Auren. Techniques of Leadership. Hill Book. Londoon .Tt.
Jay, Antony. Management and Machiavelli. Iqra. Bandung. 1983.
Herbert NC. The Axioms on Business. Terj. Daniel Rusdi. Pustaka Karya. Tt.
Siagian, Sondang P. Peranan Staf dalam Mnagemen. Gunung Agung. Jakarta. 1980.
Ya’qub, Hamzah. Menuju Keberhasilan Manajemen dan Kepemimpinan. Diponegoro, Bandung. 1982. Hasibuan, Malayu. Manajemen; Dasar, Pengertian dan Masalah. Tp. 1983.