Kesejagatan dan Implikasinya Terhadap Lembaga Pendidikan (MDP4)

Kembali kita akan mengulas buku Menelisik Dunia Pendidikan, Pupuh Fathurrahman, salah satu kajiannya tentang hubungan kesejagatan dan kebutuhan reformasi perguruan tinggi.

Kesejagatan, globalisasi dan lintas batas adalah momok yang menakutkan  sekaligus juga bisa menjadi peluang. Takut, karena “gamang” akan masa depan. Peluang, karena berkonsekuensi kompetisi universal. Bagaimana upaya pendidikan menghadapi hari esok itu?

***

Dewasa ini dunia dilanda oleh arus kebebasan, yang bersamaan dengan keterbukaan sebagai akibat teknologi komunikasi. Kebebasan ini akan menampakan wajahnya dalam berbagai dimensi kehidupan. Seperti dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan, berkerangka liberalisasi dengan berbagai organisasi pendukungnya seperti: WTO, NAFTA, APEC, MEE, AFTA, dan Kesejagatan dan Implikasinya terhadap Reformasi Pendidikan Tinggi sebagainya. Dengan liberalisasi perdagangan ini, maka arus barang, jasa dan modal akan dengan mudah menembus batas-batas internal suatu institusi, tanpa melalui proses berbelit-belit dan melelahkan.  Terjadilah arus perpindahan modal, tenaga, barang, jasa, secara akseleratif. Dimana modal perlu ditanam tanpa mengenal batas-batas kebangsaan. Akhirnya, konsumen dan produsen manca negara merupakan kekuatan (potensi) baru yang akan menentukan perdagangan di masa yang akan datang.

Bentuk usaha multi nasional coorporation akan menjadi bentuk “khas” masa depan, mewarnai penanaman modal, di negara manapun. Deklarasi Bogor merupakan pernyataan bersama antara 18 pemimpin ekonomi APEC, yang bertujuan menciptakan perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka di Asia-Afrika –free and open trade in the Asia Pacific. Perdagangan bebas merupakan tuntunan situasional, sesuai zeitgeist (semangat zaman).

Kecenderungan kehidupan masa depan, khususnya abad ke-21 dan implikasi pada berbagai bidang telah banyak dibahas oleh para ahli masa depan (futurist). Di antara analis masa depan berkaitan dengan pendidikan adalah Harold G. Shane & M. Bermadine Taber (1981), telah melakukan penelitian terhadap 132 sarjana dari berbagai disiplin ilmu.  Shane dan Taber menyimpulkan bahwa ada lima citra mengenai hari esok, yaitu: 1) esok adalah hari ini di tambah sedikit masalah; 2) pemecahanpemecahan ilmiah dan teknologi; 3) kembali kepada suatu era energi rendah dan lebih pada karya; 4) pemecahan otoriter; dan 5) muncul satu transformasi. Berdasarkan pendapat dua ahli itu, citra masa depan mengimplikasikan pendidikan diharapkan mampu melestarikan kehidupan manusia, mendukung hak-hak asasi manusia di berbagai belahan dunia, memberikan kehidupan manusiawi yang layak dalam menegakan dasar-dasar moral yang baru, dan mengantisipasi dampak-dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

***

Oke, lebih lengkapnya dalam link ini.

https://drive.google.com/file/d/10wPHhQVYIL1quIhBeb0SU43Z7i998_ip/view?usp=sharing