Pikiran Liar, Menerka Arah Gerak Corona

Masa depan memang misteri dan rahasia. Karenanya, banyak orang yang menerka-nerka. Dihitung dengan runut. Direncana dengan matang. Bahkan digadang-gadang biar sesuai harapan. Tetapi tetap saja, (sebenarnya) masa depan itu tak terduga.

Walau dapat diterka-terka melalui perencanaan yang matang, mendetil dan sistematis, masa depan memiliki hukum dan kaidahnya tersendiri rupanya. Salah satu kaidahnya, ya tak pasti itu.

Kerena ketidakpastian inilah, kemudian kita diwajibkan usaha dan upaya. Dalam berupaya itulah kita sebagai manusia membutuhkan panduan dan pedoman hidup. Panduan hidup itu dapat berupa adat-istiadat dan budaya, sebagai manifestasi budaya. Hasil karya warga bumi. Juga dapat berupa informasi langit melalui wahyu.   

Disinilah nampaknya, pentingnya peran agama. Bahwa agama diyakini dapat menjadi solusi ketika manusia kehilangan atau sedang mencari arah kehidupan. Melalui informasi keagamaan berupa aturan. Sehingga manusia tidak sasar dan salah jalan.

Saat ini, di berbagai belahan bumi, kita sedang disibukkan dengan persoalan Corona. Corona varian Covid-19 (dan varian lainnya yang terbaru) rupanya menjadi tamu tak diundang, yang mampu merebut perhatian jagat raya.

Tak berlebihan kalau Covid-19 kita juluki sang bintang di luar dugaan. Karena hingga detik inipun, hampir segala persoalan di planet ini merujuk pada tingkah laku yang terkait dengan Covid-19. Covid telah menjadi bintang tersendiri yang menggeser popularitas berbagai hal.

Sayangnya, sang covid merupakan makhluk tak berwujud dalam kasat mata manusia. Sehingga kita kesulitan mengidentifikasinya dengan baik. Ibarat alien yang diterka-terka, dicerca dan dijadikan kambing hitam.

Saat ini sudah beredar luas aneka teori mengungkap kehidupan sang covid. Disampaikan oleh lembaga resmi berdasar hasil penelitian yang mendalam, hingga obrolan warung kopi warga biasa, yang tak berujung-pangkal.

Akumulasi berbagai informasi tentang covid menyudut pada realitas kehidupan makhluk “asing” yang kontra produktif dengan realitas kehidupan warga bumi, khususnya manusia. Covid dihakimi menjadi “pengganggu” kehidupan.

Covid begitu liar, dari pantauan gejala dan dampaknya yang terjadi pada realitas kehidupan kita. Kita hanya menerka-nerka dan mencoba merumuskan sejumlah “kebiasaan” hidup covid. Untuk menghukumi bagaimana ia berpengaruh negatif terhadap kita. Lantas, muncul berbagai gerakan untuk menghadapinya. Tanpa mengurangi validitas dan otonomi semua itu. Tentu, ini akan terus berlanjut sesuai dengan proses identifikasi kita terhadap Covid. Entah sampai kapan?

Kawan, mari kita sejenak lupakan covid. Dalam berbagai referensi adat, budaya, kearifan lokal dan informasi langit, makhluk pengganggu kehidupan manusia sering dideskripsikan. Mulai dari dedemit, siluman, hantu, syetan, jin dan sejenisnya. Kesemua itu hampir serupa dengan covid, sama-sama tak terlihat oleh kasat mata. Berarti ia berada pada dimensi alam atau kehidupan yang berbeda.

Hingga kini sebagai komunitas makhluk bumi, kita tetap dapat melepaskan keterpengaruhan yang sangat, dari kesemua jenis makhluk itu. Persoalan ingin menghadapinya lebih baik, kita tentu perlu mengungkap aneka informasi khusus oleh orang-orang khusus juga. Tetapi, ada baiknya tidak melibatkan dan menganggap persoalan bersama secara berlebihan.

Bisa jadi, kita banyak dipengaruhi praduga. Bukan oleh dampak dan akibatnya. Nampaknya, apabila kita abaikan, dalam arti image dan perhatian, sang bintang tak diundang, Corona akan malu sendiri. Secara otomatis redup popularitasnya. Perhatian publikpun dapat beralih pada hal-hal normal biasa.

Namun demikian, tidak berarti, kita abai dari akibat dan dampaknya. Sebab itu terbukti dan menjadi realitas. Ini berhubungan dengan sejumlah rumusan resmi yang sedang gencar saat ini. Patut diapresiasi dan diindahkan.

Jangan terlalu serius. Hehe. Ini sekedar pemikiran liar.*