Mendulang Rupiah Dari Sampah‎

Jarang orang yang mengetahui bahwa limbah ‎elektronik seperti rongsokan bekas telepon ‎genggam dan komputer, dapat menghasilkan ‎emas. Sandi dari Palabuhanratu Sukabumi, adalah ‎salah satu “penambang” emas dari limbah ‎elektronik tersebut. Dia sering hunting (mencari) ‎rongsokan tersebut termasuk kepada penulis.‎
Sandi menyarankan kepada penulis untuk ‎memisah sejak awal komponen-komponen ‎tersebut, misalnya mainboard (papan utama ‎komputer), memori, VGA, prosesor, termasuk ‎lempengan CD. Sementara untuk bahan besi-besi ‎diterima juga secara terpisah.‎
Bahkan, uniknya Sandi lebih sumringah apabila ‎mendapatkan rongsokan komputer generasi-‎gereasi awal, seperti x86 dari pada generasi ‎terakhir dari pentium ix. Karena kandungan ‎emasnya lebih banyak, katanya.‎
Sandi mengambil material bernilai itu dengan cara ‎melebur komponen pada limbah elektronik. Sudah ‎‎5 tahun dia menggeluti pekerjaan tersebut. Proses ‎pengolahan dimulai dengan mengumpulkan limbah-‎limbah elektornik. ‎
Barang rongsok itu, kata Sandi, bisa diperoleh dari ‎berbagai tempat. “Kemarin saya baru ambil dari ‎Wilayah Pajampangan. Sering juga nerima kiriman ‎dari luar kota.” kata Sandi, kepada penulis, ‎beberapa waktu lalu. ‎
Umumnya, setelah memperoleh barang rongsok ‎tersebut, Sandi memilah bagian-bagian yang bisa ‎diolah menjadi emas. Integrated circuit (IC) ‎merupakan bagian yang paling banyak kandungan ‎emasnya. “Di bagian lempengannya juga ada ‎serat-serat emas juga. ‎
Cara tahu kadarnya dari warna kuningnya. Kalau ‎kuning yang bagus yang enggak kelihatan kusam, ‎masih cerah,” kata Sandi. Setelah dipilah, ‎lempengan-lempengan IC itu akan dilebur ‎menggunakan timah panas. ‎
Bila proses itu selesai dilakukan, aneka zat logam ‎akan muncul dari lempengan tersebut. Sandi ‎mengatakan, zat-zat yang bisa muncul bukan ‎hanya emas, melainkan juga perak, tembaga, dan ‎kuningan. ‎
Tahap berikutnya, dia akan memisahkan emas dari ‎zat-zat lainnya. “Setelah dicelupin ke timah panas, ‎baru timbul emasnya, tapi masih kecampur sama ‎perak dan logam lainnya. Setelah itu, dicampur ‎pakai netrit, sekali bakar lagi sudah jadi emas,” ujar ‎Sandi. Netrit sendiri merupakan sebuah zat kimia ‎yang digunakan untuk memunculkan emas setelah ‎dilebur. Bila proses itu selesai, maka emas telah ‎siap dijual. ‎
Sandi mengatakan, emas-emas itu akan dijual ke ‎toko-toko emas di beberapa tempat atau kepada ‎para pengepul. Ia mengklaim, emas yang diolah ‎dari limbah elektronik mempunyai kadar yang lebih ‎bagus. “Ini kadarnya kan 99 persen, ya tergantung ‎kita yang ngolahnya. ‎
Biasanya emas dari barang elektronik ini hasilnya ‎emas murni, jadi lebih bagus dari toko,” kata Sandi. ‎Sandi menuturkan, proses pengolahan limbah ‎elektronik menjadi emas itu tak memakan waktu ‎lama. ‎
Bila semua bahan siap, limbah dapat disulap ‎menjadi emas dalam hitungan jam. “Kalau ‎limbahnya prosesor, semalaman bisa (selesai). ‎Kalau IC bisa dua-tiga hari, gimana banyaknya. ‎Lebih lama IC,” kata Sandi.‎
Bagi kita yang memiliki sampah tersebut, tentu ini ‎menjadi peluang. Sekaligus untuk memanfaatkan ‎sampah elektronik, dan menjadikan pundi-pundi ‎pendapatan tambahan. ‎
Ini juga bagian dari aksi daur ulang sampah ‎elektronik menjadi lebih bernilai, yang mampu ‎menjadi solusi masalah ekonomi dan lingkungan. ‎Seperti dikutip oleh binus.ac.id. Menarik bukan?*** ‎
Sumber: binus.ac.id, kompas.com dan pengalaman ‎pribadi.‎