Rekonstruksi Kesepahaman Bangsa, ‎Pondasi Wawasan Nasional Indonesia

Mencari Persamaan Identitas
Bangsa Indonesia terlahir pada sebuah kawasan spasial jamrud khatulistiwa ‎adalah takdir. Takdir ini menjadi anugerah tersendiri yang bersifat unik untuk ‎setiap makhluk, sebagai bukti dari kemahasucian, keagungan dan ‎kemahakuasaan Sang Pencipta. Kita tidak bisa mengelak, untuk dilahirkan pada ‎sebuah wilayah. Atau berkeinginan, untuk meminta sejak awal memproyeksikan ‎ingin terlahir, hidup dan menetap di kawasan tertentu.‎
Banyak kabar keagamaan yang menegaskan hal tersebut. Tetapi yang ada ‎baiknya kita pahami adalah bagaimana sesuatu yang dihadapi ini dapat ‎mencakup pemahaman dan diharapkan memandu tindakan masal antara ‎berbagai suku bangsa yang berbeda-beda menjadi sebuah kesadaran bahwa ‎perbedaan itu adalah anugerah untuk membuat persamaan-persamaan dalam ‎perbedaan menjadi harmoni.‎
Takdir ini kemudian menjadi modal awal manusia yang hidup di belahan ‎Nusantara ini, yang kemudian jadi Indonesia, untuk menentukan kehidupannya ‎bersama-sama. Selain kawasan tempat kita hidup dan menetap, yang juga ‎merupakan modal awal persamaan sebagai manusia antara lain adalah sejarah, ‎identitas dan lain-lain.‎
Faktor itu terjadi alami dan abadi, sebagai entitas primordial, tak terelakkan ‎menjadi kekuatan sejarah. Meskipun muncul pandangan yang bersebrangan, ‎seperti Elie Kedourie, yang melihat modal nasionalisme sebagai ideologi yang ‎dikembangkan sengaja oleh para intelektual di Eropa abad ke-19 untuk ‎melegitimasi dan konfigurasi sekuler kekuatan baru. Tetapi mafhum, didefinisikan ‎bahwa kesamaan budaya adalah ikatan sosial dasar, menurut Steven Mock ‎‎(2009).‎
Sebagai manusia yang terlahir dalam kesamaan takdir, maka tentu kita ‎harus punya proyeksi hidup yang dimungkinkan akan memperkuat identitas, ‎dengan cara mempertahankan kebersamaan, persatuan, warisan leluhur, ‎kearifan lokal dan identitas lainnya, sebagai pandangan komunal nasional. Karena ‎mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Kirsten Kearney (2007), pada ‎Constructing The Nation: The Role of The Ballad in Twentieth Century German ‎National Identity with Special Reference to Scotland, bahwa pada Abad ke-20 ‎perkembangan gagasan nasionalisme terbukti efektif menjadi kekuatan positif ‎sebagai konsep untuk pembangunan bangsa. Dan upaya pengakuan bahwa ‎identitas nasional tidak selalu alami, melekat dan mudah, tetapi lebih merupakan ‎konstruksi yang disengaja, yang dibuat oleh orang atau kelompok dalam bangsa ‎untuk kepentingan politik, sosial dan budaya yang berbeda. Pandangan ini lebih ‎elegan, karena mengkolaborasi unsur takdir dan usaha.‎
Realitasnya, ada sejumlah elemen yang berkontribusi menjadi identitas ‎dasar setiap orang, yang kemudian menjadi penentu kesadaran berbangsa, ‎senada dengan M. Quraish Shihab (2000), dalam Wawasan Al-Quran, yaitu:‎
a)‎ Tubuh fisik (yang meliputi warna kulit, ukuran, jenis rambut dan ciri-ciri ‎wajah).‎
b)‎ Nama orang (nama individu, nama keluarga dan nama grup).‎
c)‎ Bahasa, belajar pertama untuk berbicara dan dengan yang satu ‎menemukan dunia.‎
d)‎ Agama seseorang diindoktrinasi ke dalam.‎
e)‎ Sejarah dan asal dari kelompok satu dilahirkan.‎
f)‎ Kebangsaan seseorang, atau afiliasi etnis.‎
g)‎ Geografi tempat kelahiran.‎
h)‎ Budaya yang diwarisi.‎
Hal-hal itu kemudian disebut sebagai faktor primordial. Artinya ada sejak ‎manusia terlahir. Lalu menjadi identitas. Kendati wacana primordialisme telah ‎mengalami kritik luas, karena tidak dapat menjelaskan asal-usul, perubahan dan ‎pembubaran kelompok etnis secara tuntas. Ini antara lain catatan Josep R. dalam ‎Recent Theories of Nationalism. Llobera University College London. ‎
Bahkan tatkala politik menjadi panglima, identitas dapat dilihat sebagai ‎kerangka umum politik dunia saat ini. Karena itu, etnis, sektarian, agama dan ‎identitas nasional yang menonjol sebagai titik referensial politik internasional. ‎Namun demikian, itu tidak begitu mudah untuk memahami apa identitas dan ‎bagaimana identitas nasional dapat dibangun di berbagai situasi sosial-politik. ‎
Dalam konteks ini, Dumlupinar (2013) berpendapat bahwa identitas adalah ‎konstruksi dan dibentuk sesuai dengan urgensi konjungtur yang ada. Sejalan ‎dengan argumentasi ini kita mencoba untuk menguraikan transisi dari identitas ‎etnik ke dalam nasionalisme, merupakan mekanisme pembentukan identitas dan ‎strategi nasional dalam perspektif teoritis.‎
Selanjutnya, bahwa konsep identitas nasional ditentukan dengan cara ‎bagaimana kita menafsirkan nation. Dumlupinar mengajukan dua cara ‎menafsirkan bangsa sebagai tipe ideal dasar: yaitu identitas primordial ‎dibandingkan dengan indentitas instrumental. ‎
Dalam terminologi primordial bahwa pelaku utama yang ethno-nation, yaitu ‎komunitas yang menyatukan individu melalui persamaan etnik. Sedangkan ‎Instrumental cara menafsirkan bangsa menekankan aspek pragmatis dan ‎situasional dari komunitas besar. Dengan demikian, bahwa keyakinan tentang ‎karakter bangsa yang berlaku dalam masyarakat tertentu, menentukan ‎identifikasi anggota dari komunitas ini sebagai bangsa. ‎

Wawasan Nasional Menelisik Diri dan Lingkungan
Tentang situasi kehidupan lingkungan, terutama pandangan Postmodern, ‎terjadi ambivalensi. Di satu sisi, hal ini ditandai dengan struktur global yang ‎memungkinkan orang untuk melihat diri mereka sebagai warga dunia. Di pihak ‎lain, mereka juga terikat diatur dalam bentuk negara bangsa yang mengikat ‎warga untuk menjadi warga negara. ‎
Karena itu, sebagai bangsa dengan kehidupan komunal kita harus ‎mengorientasi ulang tentang cara pandang berbangsa dan bernegara. Baik dalam ‎entitas skala nasional maupun dalam konstelasi pergaulan dunia global. Sehingga ‎tidak tercerabut pada bergaya global semata, tetapi melupakan kekayaan leluhur ‎berupa kearifan lokal.‎
Dalam konstelasi pemikiran berbangsa istilah orientasi ini merupakan ‎wawasan nasional Indonesia. Wawasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ‎‎(2002) berarti: (1) hasil mewawas, tinjauan, pandangan dan dapat juga berarti (2) ‎konsepsi cara pandang. ‎
Wawasan Nasional indonesia yaitu cara pandang bangsa Indonesia dalam ‎mencapai tujuan nasional yang mencakup perwujudan Kepulauan Indonesia ‎sebagai kesatuan politik, sosial budaya, ekonomi dan pertahanan keamanan.‎
Dengan demikian, wawasan nasional (kebangsaan) dapat diartikan sebagai ‎cara pandang yang dilandasi akan kesadaran diri sebagai warga dari suatu ‎negara akan dirinya dan lingkungannya, dalam kehidupan berbangsa dan ‎bernegara. ‎
Wawasan nasional selanjutnya akan menentukan pola dan cara bangsa ‎Indonesia mendayagunakan kondisi geografis negara, sejarah, sosio-budaya, ‎ekonomi dan politik serta pertahanan keamanan dalam mencapai cita-cita dan ‎menjamin kepentingan nasional. Juga, menentukan cara menempatkan diri ‎dalam tata berhubungan dengan sesama bangsa dan dalam pergaulan dengan ‎bangsa lain di dunia internasional. ‎
Bangsa merupakan konstruksi modern. Walau terkadang, kebanyakan kita ‎mengidentifikasi dalam kontinuitas kehidupan yang terbentuk dari para ‎pendahulunya, sebagai tradisi dan warisan.‎
Elevasi simbol bangsa berfungsi untuk bernegosiasi dengan bangsa lain, ‎dengan budaya etnis tradisional, yang mengandalkan konten simbolis yang ‎dimiliki secara unik. Sementara pada saat yang sama, rasionalisasi transformasi ‎sosial juga diperlukan agar negara dapat menegaskan klaim dalam konteks politik ‎modern sebagai perwujudan identitas tersendiri yang mandiri. Bahkan, dalam ‎kondisi tertentu, mitos dapat berfungsi sebagai perekat yang efektif dan kuat, ‎untuk memberikan ikatan emosi sebagai sebuah bangsa.‎

Rekonstruksi Budaya (dan Agama)
Sub pembahasan ini tidak bermaksud mempersamakan antara agama dan ‎budaya, dan atau sebagai bagian dari salah satunya. Tetapi lebih pada ‎kepentingan pengelompokan kajian, bahwa praktek-praktek keagamaan yang ‎sudah dilakukan oleh umat, dikategorikan oleh penulis, sebagai budaya ‎keagamaan yang dilakukan oleh manusia Indonesia.‎
Agama teks, komentar, imamat, liturgi, keyakinan dan jenis lain, sebagai ‎fakta sosial umat beragama, mereproduksi diri mereka sendiri dari waktu ke ‎waktu. Perspektif ini kurang populer dalam teori agama. Namun demikian, jelas ‎dalam karya terbaru Scott Atran (2010) ketika ia berbicara tentang ‘nilai-nilai ‎sakral’, sering terbumbui oleh kepentingan instrumental dan tidak rentan terhadap ‎negosiasi rasional. Bahwa bentuk-bentuk pengamalan keagamaan memiliki ‎kekuatan sosial otonom, dikutip oleh Wlemongar Gaye (2012).‎
Sesuai dengan ajaran agama, bahwa memperbaiki situasi nasional dan ‎umat manusia (skala global) adalah kepentingan kita dan merupakan tanggung ‎jawab moral untuk pembangunan bangsa, yang berdasar pada paradigma etika ‎ajaran agama.‎
Tidak ada bangsa atau masyarakat yang mampu melakukan advokasi ‎kebijakan dalam negeri atau luar negeri, untuk mengisolasi dari pergaulan seluruh ‎dunia saat ini. Oleh karena itu, sangat penting bahwa di tengah-tengah krisis dari ‎negara-negara gagal –alasan terorisme, ketidakamanan, perang, penyakit, ‎degradasi moral, dan kemiskinan– kita harus mencari kekuatan kolektif dan ‎agenda yang realistis yang mempromosikan pembangunan bangsa menuju ‎kesejahteraan.‎
Dalam upaya ini, pembangunan bangsa berusaha untuk menciptakan ‎identitas nasional yang kuat, bahwa mengakui keragaman dan keunikan ‎rakyatnya, serta dapat mengimbangi percaturan di dunia. Selain itu, ‎pembangunan bangsa membutuhkan orang-orang lokal yang tersedia untuk ‎berpartisipasi “mengambil alih” sebagian besar tugas pemerintahan, ‎mengembangkan warisan leluhur dalam proses pembangunan, juga menyertakan ‎komitmen untuk keadilan transisional. ‎
Beberapa pendekatan dapat dikemukakan untuk merekonstruksi budaya, ‎dalam rangka penyadaran berbangsa dan bernegara, antara lain dinyatakan oleh ‎Ahmed N. A. Hassin (2015), yang berdasar pada penelitiannya di Irak, tentang ‎situasi negara dalam konteks pembangunan berbangsa. Bahwa pendekatan ‎budaya lebih sensitif untuk mempelajari masyarakat sipil, dan kebutuhan untuk ‎mengambil pertimbangan heterogenitas adat sangat potensial, karena ‎masyarakat sipil sifatnya tidak monolitik; bukan bentuk dan fungsi yang dibentuk ‎oleh konteks tertentu. Dengan demikian, penting untuk memperhitungkan ‎alternatif pertimbangan kerja konseptual yang mungkin lebih mencerminkan ‎pendekatan budaya. ‎
Hassin mengadaptasi konsep pemberdayaan yang dikemukakan oleh ‎sejarawan Muslim klasik, Ibnu Khaldun tentang ashabiyah atau solidaritas sosial. ‎Konsep itu, menyediakan platform teoritis yang relevan untuk memahami peran ‎masyarakat sipil. Ashabiyah menyediakan pendekatan konseptual yang lebih ‎sesuai dengan budaya, untuk mempelajari masyarakat sipil di kawasan tertentu, ‎terutama Timur Tengah. Khaldun berpendapat solidaritas sosial di suku ‎masyarakat ditemukan baik dalam formal, dan non-formal yang diselenggarakan ‎oleh kelompok masyarakat, dan itu adalah alat untuk mobilisasi dan perubahan ‎sosial-politik.‎
Dengan demikian, dalam pendekatan budaya, masyarakat sipil ‎dikonseptualisasikan sebagai spektrum yang luas dari formal dan organisasi non-‎formal dan jaringan yang ada di luar negara, yang didominasi oleh tokoh-tokoh ‎komunal (kelompok), yang dapat memiliki peran sosial-ekonomi dan politik, ‎sesuai tipologi masyarakatnya. ‎
Pendekatan budaya juga memberikan implikasi pembagian peran, sesuai ‎dengan kekuatan dan posisi masing-masing, dalam komunitasnya. Isu ini ‎disarankan oleh Mohamed A. Abdi. (2010), bahwa pelajaran pembagian peran ini ‎pada praktek kemitraan, setidaknya memperhatikan hal-hal berikut:‎
‎1.‎ Rekonstruksi pasca identifikasi warga bangsa membutuhkan kemitraan ‎strategis antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat sipil untuk ‎tugas pembangunan.‎
‎2.‎ Dalam pengaturan kemitraan, itu adalah pemerintah yang harus ‎mengambil peran utama dalam memainkan peran harmonisasi fungsi ‎ketiga elemen.‎
‎3.‎ Sektor swasta memiliki peran pendukung penting dalam bidang ‎pertumbuhan ekonomi dan merekonstruksi perkembangan budaya.‎
‎4.‎ Organisasi masyarakat sipil harus menunjukkan upaya kolaborasi yang ‎kuat dalam keseluruhan restrukturisasi administrasi dan partisipasi ‎masyarakat dalam urusan berbangsa.‎

Dalam pelaksanaan rekonstruksi budaya, untuk proyeksi kebersamaan, ‎sebagai ide kebangsaan, dalam rangka mengoptimalkan potensi kebangsaan ‎dimaksudkan sebagai tarekah dan upaya untuk merencanakan perikehidupan ‎kebangsaan akan semakin baik.‎
Di antara tarekah itu adalah, sebagai upaya penggalian warisan kearifan ‎lokal, sebagai contoh antara lain adalah pengembangan Subak di Bali, Budaya ‎Leuit di Jawa Barat, sistem Huma dan berbagai warisan kearifan lokal lain yang ‎kian ditinggalkan generasi muda saat ini.‎
Gaya hidup dan kecederungan masyarakat terutama generasi muda ‎meninggalkan kekayaan leluhur berupa kearifan lokal, tidak serta merta terjadi. ‎Hal ini adalah akumulasi dari perilaku dan gaya hidup komunal bangsa. Maka ‎pengembalian kecenderungan ini juga mesti dilakukan secara komunal dan ‎permisif, dengan pemahaman, dukungan serta penerapan masyarakat kita ‎secara bersama-sama, bahwa potensi warisan leluhur, berupa kearifan lokal ‎adalah modal yang sangat berharga dalam rangka mempertahankan identias ‎kebersamaan sebagai sebuah bangsa.‎
Karakteristik pengembangan tersebut tentu harus dipahami dan disadari ‎sejak awal oleh masyarakat, bahwa memerlukan proses yang telaten, panjang ‎dan sangat sangat menjunjung tinggi kebiasaan, tradisi lokal, dan penghormatan ‎terhadap kekayaan alam, sebagai sebuah keseimbangan alamiah, dan ‎penghormatan serta pengabdian kepada Sang Pencipta, sebagai rasa syukur.‎
Di sisi lain, tuntutan dan kecenderungan hidup yang mengadaptasi ‎pengembangan inovasi, yang penerapannya dengan berbasis pada kemajuan ‎teknologi informasi yang serba instan, digital dan pragmatis, bukanlah sesuatu ‎yang tabu. Pengembangan ini bukan untuk mengganti proses panjang tradisi ‎lokal, tetapi sebaliknya yaitu untuk mengefektifkan nilai-nilai warisan leluhur, ‎dengan cara penjagaan originalitas warisan tersebut, keseimbangan dengan ‎hukum-hukum alam, prinsip kehati-hatian dan penjagaan hasil-hasil bumi yang ‎telah dianugerahkan oleh Sang Penguasa.‎
Mewariskan nilai-nilai luhur tradisi lokal kepada generasi penerus adalah ‎dengan interkoneksi dan trans generasi, agar wawasan kebangsaan tetap terjaga ‎hingga waktu tak terbatas. Bisa jadi, sesuatu yang sangat mahal harganya. ‎Bahkan, mungkin membutuhkan pengorbanan jiwa dan raga.** ‎

Bahan Bacaan

  • Ahmed N. A. Hassin (2015), (Roles of Civil Society in Nation-Building and ‎Postconflict Reconstruction in Iraq. Deakin University March, 2015. ‎Diunduh pada 26 Februari 2017 dari laman ‎http://dro.deakin.edu.au/eserv/DU:30079137/hassin-rolesof-2015A.pdf.‎
  • Dumlupinar (2013) (The Construction of National Identity in Modern Times: ‎Theoretical Perspective Hüsamettin İnaç Assoc. International Journal of ‎Humanities and Social Science. Vol. 3 No. 11; June 2013 dari halaman ‎http://www.ijhssnet.com/journals/Vol_3_No_11_June_2013/24.pdf)‎
  • Josep R. dalam Recent Theories of Nationalism. Llobera University College ‎London. (Diunduh 20 Februari 2017 dari laman ‎http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.134.2256&rep=rep1&type=pdf)‎
  • Mohamed A. Abdi. (2010), bahwa, (Dalam Conlict Resolution And Nation Building ‎In Somalia. Dissertation. Department Of Political Science Atlanta, Georgia ‎July 2010. Diunduh pada 25 Februari 2017 dari halaman ‎http://digitalcommons.auctr.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1738&context=‎dissertations
  • Steven Mock (2009)., dalam Images of Defeat in the Construction of National ‎Identity. University of London 2009 (Diunduh dari laman ‎http://etheses.lse.ac.uk/2735/1/U615684.pdf).‎
  • Wlemongar Gaye (2012) pada Rethinking Nation-Building: A Christian Socio ‎Ethical and Theo-Political Task for Appropriating the Common Good. Loyola ‎University Chicago. December 2012 (diunduh pada 27 Februari 2017 dari ‎halaman ‎http://ecommons.luc.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1349&context=luc_diss)‎

Buah, Media Energi Listrik

Sosok Naufal Raziq dari Aceh sempat viral ‎beberapa tahun lalu. Pasalnya ia menemukan ‎sumber energi listrik dari pohon kedondong. ‎Sebagaimana dikutip oleh liputan6.com.‎
Lantas, berikutnya juga ramai dibicarakan pada ‎berbagai media, tentang energi alternatif dari ‎aneka buah dan sayuran, seperti dari lemon, apel, ‎pisang, dan limbah sayuran seperti kentang, tomat, ‎dan lain-lain. ‎
Tentu saja, penemuan apapun yang membawa ‎manfaat bagai kehidupan, walau sederhana, patut ‎diapresiasi. Begitu juga dengan temuan energi ‎listrik.‎
Listrik, umumnya dihantarkan oleh benda padat ‎yang terbuat dari besi atau baja. Tapi, rupanya dari ‎berbagai referensi yang dihimpun diklaim bahwa ‎buah dan sayur juga memiliki kemampuan sebagai ‎konduktor listrik. Kenapa buah dan sayur dapat ‎menghasilkan energi listrik? Ini penjelasannya. ‎
Pada prinsipnya, buah dan sayur berperan sebagai ‎konduktor ionik. Hasil bumi tersebut menghasilkan ‎ion bermuatan positif dan negatif. ‎
Hal itu diungkapkan oleh Michael Hickner, profesor ‎ilmu dan teknik material di Penn State, yang ‎dilansir oleh Live Science. Bahwa buah-buahan ‎dan sayuran mengantarkan listrik sama seperti ‎cara larutan garam bekerja memunculkan listrik.‎
Tegangan listrik akan muncul jika ion berlainan ‎muatan tersebut saling bersinggungan. Interaksi ‎antar ion yang berlawanan muatan ini disebut ‎elektrolit (larutan ionik). ‎
Simpelnya, jika garam dapur dilarutkan dalam air ‎akan memicu kontak antara ion yang menyusun ‎garam. Natrium (Na +) dan klorida (Cl -) akan ‎saling bersentuhan membentuk elektrolit. Elektrolit ‎inilah yang mengalirkan listrik. ‎
Lalu, untuk memanfaatkan potensi konduktor listrik ‎alami tersebut, Hickner menyebut bahwa jenis ‎sayur dan buah yang harus dipilih, seperti kentang ‎dan mentimun.‎
Kedua jenis sayuran itu mempunyai bentuk yang ‎beraturan (padat bagian dalamnya), dan ‎kandungan natrium serta tingkat keasamannya ‎tinggi. ‎
Bahkan, kita juga dapat merendam dulu kentang ‎pada air garam, agar besaran listrik yang ‎dihasilkan lebih tinggi. Sementara itu, buah yang ‎lembek dan daging buahnya tidak utuh menyatu, ‎seperti tomat dan jeruk tidak disarankan untuk ‎mendapat energi alternatif ini. Kendati punya ‎kandungan potasium tinggi, tetapi listrik yang ‎dialirkan justru bisa bocor keluar. ‎
Para peneliti mengingatkan bahwa listrik tidak serta ‎merta bisa dimanfaatkan langsung dari buah dan ‎sayur itu. Kita masih perlu bantuan alat lain berupa ‎tembaga dan seng sebagai perantara. ‎
Selain itu, masih perlu uji lanjutan untuk ‎memastikan apakah daya listrik yang timbul dari ‎buah dan sayur cukup untuk peralatan elektronik ‎kita. Serta stabilitasnya dapat diandalkan atau ‎tidak. ‎
Sebuah kentang menurut hasil uji coba, hanya bisa ‎memberikan energi 1,2 volt, yang berarti kita ‎membutuhkan banyak banyak butir kentang, untuk ‎mengisi daya ponsel, misalnya. ‎
Nah, itu dia penjelasannya. Untuk pemanfaatannya ‎sebenarnya bergantung kepada kita. Untuk ‎keadaan darurat sih nampaknya masih ‎memungkinkan.***
Sumber: sains.kompas.com

Tips Bonsai Pisang Ciamik

Pada prinsipnya, menanam pohon pisang bonsai ‎menjadikannya sebagai hiasan. Hiasan ini terkait ‎dengan proses memadukan tata cara menanam ‎biasa dengan seni disain. Seperti dilansir dalam ‎matcha-jp.com.‎
Lantas, menghasilkan tampilan pada keseluruhan ‎bagiannya memiliki citra-rasa, filosofi dan seni ‎yang mendalam. Idealnya dilakukan secara ‎profesional dan proses yang panjang. ‎Sebagaimana dilengkapi oleh bibitonline.com.‎
Lalu, bagaimana ketika pohon pisang hendak ‎disulap menjadi bonsai? Mengutip dari beberapa ‎sumber, cara menyuap pohon pisang tampil super ‎mini. Sehingga selain tampil ciamik, aduhai dan ‎tentu saja berbuah seperti biasa, yang dapat ‎dinikmati oleh pemiliknya. ‎
Inilah tahapan-tahapannya.‎
Pemilihan bibit
Pilihlah varietas pohon pisang, dari golongan ‎varietas pohon pisang yang pendek, kira-kira ‎dengan berukuran tinggi mencapai 1,5 meter ‎sampai 2 meter saja. Tentukan pula yang ‎pohonnya cenderung kerdil.‎
Cara pemilihan dan praktek menanam bibit ini oleh ‎inspirasipertanian.com disebut pembibitan terbaik. ‎Hasilnya, tanaman tumbuh menjadi mini dan lebih ‎banyak muncul bibit yang muncul.‎
Beberapa pihak menyarankan Cavendish Dwarf ‎Banana dan Dwarf Brazilian Banana. Kedua jenis ‎ini pertumbuhanya cepat dan sangat ideal untuk ‎ditanam di pot atau kebun minimalis. Selain itu, ‎buahnya manis dan lezat. ‎
Media tanaman
Untuk hasil yang optimal, media tanaman ‎sebaiknya terdiri dari tanah berpasir, pupuk ‎kompos, kotoran ternak dan media lain pelengkap, ‎seperti sekam atau kayu bekas gergajian. ‎Dicampur merata. Pupuk buatan dari toko dapat ‎pula digunakan dengan kadar rendah. ‎Alakadarnya.‎
Siapkan pula pot ukuran sedang, yang cocok ‎serasi dengan lahan atau ruang tempat ‎penyimpanan tanaman hias tersebut nantinya.‎
Perawatan ‎
Penyiraman, lakukan penyiraman tanaman setiap ‎dua kali sehari. Pagi dan sore. Atau mengambil ‎pola perbandingan rentang waktu yang lain.‎
Pencahayaan, pohon pisang merupakan tanaman ‎tropis dan sub tropis, maka untuk menanam pisang ‎dalam pot, usahakan tanaman ini tetap menerima ‎sinar matahari minimal enam jam sehari. Kalau di ‎dalam ruangan, dapat digeser dahulu agar ‎menerima sinar matahari.‎
Penyiangan, lakukan pembersihan atau ‎pengendalian dari tanaman yang tidak dikehedaki ‎seperti gulma dan rumput, yang biasa tumbuh dari ‎pupuk kotoran ternak. Proses ini rutin dilakukan ‎seminggu dua kali.‎
Sentuhan seni
Untuk menjadikan sebagai pohon hias, sekali lagi ‎berilah sentuhan seni pada pohon pisang tersebut, ‎agar memberikan pemandangan yang cantik dan ‎unik. Misalnya tata letak, komposisi pohon, pilihan ‎warna, lekukan, penarikan, pemangkasan, ‎sodetan, dll. ‎
Bahkan kita dapat pula kita menerapkan aksesoris ‎berbasis teknologi seperti air bonsai, sebagaimana ‎dikutip dari centralbonsai.com, agar tanaman ‎tampak melayang, dengan sistem magnetis.‎
Nah itulah di antaranya tips menjadikan pohon ‎pisang sebagai hiasan.**
Sumber: matcha-jp.com, bibitonline.com, ‎inspirasipertanian.com, centralbonsai.com dan ‎bennisobekti.com

Kreasi Pohon Pepaya Mini

Tanaman pepaya sudah populer dan banyak yang ‎menyenangi buahnya. Selain buah, daun dan ‎bagian lainnya pun dapat juga dimanfaatkan aneka ‎makanan dan obat tradisional.‎
Sesuai sifatnya pohon pepaya menjulang tinggi, ‎sehingga terkadang untuk memetik buahnya ‎susah. Bahkan ada kekhawatiran tersendiri, ‎apabila ada angin besar, takut roboh misalnya. ‎
Maka, kali ini kita akan membahas tentang cara ‎mengusahakan agar tanaman pepaya tumbuh ‎subur, dengan pohon pendek, tetapi memiliki buah ‎yang banyak. Asyik bukan?‎
Tips berikut dikutip dari berbagai sumber, dengan ‎langkah-langkah berikut ini:‎
• Pilihlah pohon pepaya yang tumbuh baik. ‎Biasanya tanaman pepaya yang masih berusia ‎‎1 bulan, atau tanaman yang tingginya 40-50 ‎cm. ‎
• Pangkas bagian kuncupnya atau pada pupus ‎daun yang paling muda, atau paling panjang ‎pada pertengahan batang. Tujuannya untuk ‎menumbuhkan tunas baru dan untuk ‎meningkatkan produktivitas tanaman pepaya, ‎namun tanaman pepaya menjadi pendek. ‎Selanjutnya, tunggu selama kurang lebih 7-10 ‎hari sampai tunas-tunas baru tanaman pepaya ‎tumbuh.‎
• Setelah tunas-tunas baru mulai tumbuh, ‎lakukan seleksi tunas. Seleksi tunas dilakukan ‎dengan cara menentukan 1 tunas yang paling ‎sehat dan membuang tunas-tunas yang lain. ‎Dengan hanya menyisakan satu tunas ini ‎diharapkan zat makanan hanya tertuju fokus ‎pada satu tunas, sehingga pertumbuhannya ‎cepat dan akan menjadi batang utama.‎
• Setelah tunas tumbuh besar, iris tunas ‎memanjang ke atas, sekitar setengah dari ‎panjang tunas. Pastikan irisan jangan sampai ‎memutuskan atau memotong bahan. Kemudian ‎ganjal irisan tunas menggunakan batang kayu ‎bertujuan agar irisan tunas tidak menyatu ‎kembali. Tutup irisan dengan tanah dan ‎bungkus. Langkah ini untuk merangsang ‎tumbuhnya akar, sekaligus menyediakan unsur ‎hara bahan makanan tumbuhnya.‎
• Bila sudah tumbuh akar, potong tunas lengkap, ‎dan siap dipindahkan ke media tanam yang ‎sudah disiapkan dengan seleksi media dan ‎campuran pupuk secukupnya.‎
Anda tertarik? Selamat mencoba. Semoga ‎berhasil.***‎
Sumber: tribunkaltim.co dan kabartani.com

Pisang Merah, Lezat dan Hebat

Salah satu jenis tanaman dari jenis pisang-‎pisangan yang unik di dunia ini, yaitu jenis pisang ‎merah. Hebatnya lagi pisang merah adalah pisang ‎termahal dan terlezat. Dikutip oleh ‎satuharapan.com.‎
Hebatnya lagi, pisang merah sangat berserat ‎tinggi, rendah kalori, baik untuk diet, mencegah ‎penyakit jantung dan diabetes. Seperti hasil ‎penelitian yang dilakukan oleh Ode Sitti ‎Sariamanah, dkk yang dimuat pada Jurnal Ampibi, ‎November 2016.‎
Pisang yang juga disebut timbago (bukan pisang ‎culangit, ngacung ke langit), agak sulit ditemui di ‎Indonesia. Namun demikian, ada beberapa jenis di ‎Sumatera. Padahal, jenis pohon pisang yang ‎buahnya berwarna kemerahan ini setidaknya ada ‎‎11 spesies yang ditemukan hingga kini. ‎
Menempati urutan pisang merah yang paling ‎familiar adalah spesies Musa acuminata (AAA ‎Group) ‘Red Dacca’. Untuk mengurangi rasa ‎penasaran, kita sebenarnya bisa melihat pisang ‎merah di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). ‎Pisang di TMII berasal dari spesies Musa velutina ‎H. Wendl. & Drude. ‎
Merujuk berbagai sumber, pisang berwarna merah ‎ini dari sisi rasanya mirip raspberry atau mangga, ‎dan mengandung banyak beta karoten, vitamin C, ‎dan potasium yang lebih banyak dibanding pisang ‎biasa. Karena kandungan inilah mungkin klaim ‎sebagai pisang terlezat itu ada. Dikutip oleh ‎sripoku.com.‎
Selain karena manfaat segi kesehatan, pisang ‎merah seringkali digunakan sebagai tanaman hias. ‎Karena penampilannya yang menawan dan ‎eksotis. Ya, karena tidak biasa kita melihat pisang ‎merah. Varian warna pisang padahal ada yang ‎ungu, biru, hijau, dan yang paling dominan ketika ‎masak berwarna kuning.‎
Sebagian menyebut pisang tembaga di Deli ‎Serdang. Diklaim juga sebagai pisang hebat. ‎Karena menurut penelitian lain, semakin merah ‎warnanya, semakin banyak kandungan karoten di ‎dalamnya. Wow, sungguh luar biasa.***‎

Sumber: satuharapan.com, sripoku.com , ‎bibitonline.com, berkahkhair.com, dan Jurnal ‎Ampibi (2016)‎